Oleh: Ziyaush shabri
إنها صوامة قؤامة وهي زوجتك في الجنة
"Dia seorang yang teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga"
Dengan
Hafsah binti Umar kita semakin dekat mencium keharuman setangkai bunga
dari taman keluarga umar. Bersama Ummul Mukminin kita menelusuri bunga
yang dilimpahkan kepadanya kemuliaan dan keutamaan yang menakjubkan
Ummul Mukminin untuk mengatakan atau mensifatkan dengan kata-kata
seorang Hafsah binti Umar r.a..
1. Keluarga Hafsah
Ayahnya
seorang Faruq umat ini. Seorang yang sederhana, dermawan, sangat adil,
dan begitu penyayang. Dia seorang yang mulia di tanah jazirah Arab,
penyebar agama Islam, ahli ibadah yang wara', memancarkan sebuah tekad
dengan ibadahnya, memiliki kecerdasan, aktif. Seorang guru yang banyak
membenarkan pemahaman hidup, membungkusnya dengan kebesaran dan
kekaguman akhlak serta tingkah laku, dan menjadi pemimpin bagi
orang-orang bertaqwa. Dia memberikan seluruh suri tauladan bagi manusia
tanpa habisnya, tauladan yang dilaksanakan dalam kekuasaannya menjadi
keberkatan dunia yang di ambang pintunya dipenuhi dengan ghanimah dan
segala kebaikan. Seorang yang banyak diturunkan al-Quran sesuai dengan
pendapat dan perkataannya. Seorang yang mengislamkan diri dengan
terbuka, menjadi penolong dengan hijrahnya, dan adil dalam
pemerintahannya. Dialah al-Faruq umat yang bertaubat "Umar bin Khatab".
Ibu
Hafsah r.a. Zainab binti Madh'un saudara perempuan sahabat mulia Usman
bin Madh'un r.a. yang sebelum wafat Rasulullah SAW datang kepadanya dan
menciumnya sampai-sampai air mata Nabi mengalir di pipi Usman. Orang
pertama yang dikuburkan di Baqi', dan sebelum wafat anak perempuan
Rasulullah SAW, Rasul berkata kepadanya : 'Susullah pendahulu kami yang
murah hati Usman bin Madh'un'.
Paman Hafsah r.a. Zaid bin Khattab
yang menyaksikan perang badar dan syahid di perang Yamamah. Dia seorang
yang dikatakan Umar r.a. : 'Dia telah mendahului diriku dalam dua
kebaikan, telah Islam sebelum diriku dan syahid sebelumku'. Dan Umar
juga berkata : 'Tidak pernah tumpul mata pedangku melainkan
mengingatkanku kepada Zaid bin Khattab'.
Bibinya Fatimah binti
Khattab salah seorang yang pertama masuk islam dan suaminya Sa'id bin
Zaid salah seorang dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.
Saudara
laki-laki Hafsah orang yang ahli ibadah, zuhud, wara', dan alim
"Abdullah bin Umar" yang dikatakan Rasul SAW : 'Sesungguhnya Abdullah
adalah lelaki shalih'.
Ummul mukminin Aisyah r.a. berkata : 'Tidak aku melihat seorangpun yang sangat dekat dengan sunnah melainkan Ibn Umar'.
2. Keberkahan Hidup Hafsah binti Umar
Hafsah
binti Umar lahir ketika kaum Quraisy memperbaiki bangunan ka'bah, yaitu
lima tahun sebelum kenabian Nabi SAW. Ketika Nabi melerai pertikaian di
antara kaum Quraisy dalam meletakkan hajar aswad di tempatnya dengan
hikmah dan pendapat yang tepat dan menyelesaikan perkara ini dengan
penuh kecerdasan.
Hafsah r.a. sangat mencintai ilmu dan sastra.
Dia mempelajari tulisan-tulisan dari seorang yang menyembuhkan anak
perempuan Abdullah al-Qarsyiah al-'Adawiyah. Hafsah r.a. senantiasa
menuntut ilmu sampai menjadi seorang perempuan yang fasih di kalangan
kaum Quraisy.
Belum sempurna kedewasaan Hafsah binti Umar r.a.
datang kepadanya salah seorang dari golongan yang pertama masuk Islam
Khunais bin Hudzafah r.a. saudara Abdullah bin Hudzafah r.a.. Menikahlah
Hafsah dengan Khunais dan hidup bersama, penuh kebahagiaan dalam
naungan iman dan keta'atan. Khunais menyatakan keislamannya di tangan
Abu Bakar Shiddiq r.a..
Begitu dahsyat siksaan kaum musyrikin
kepada sahabat Nabi SAW, maka Nabi menyeru kepada para sahabat untuk
hijrah ke bumi Habsyah. Khunais merupakan salah seorang yang hijrah ke
Habsyah. Melihat keburukan dan siksaan yang bertambah dari hari ke hari,
ia kembali ke Makkah dan mengajak Hafsah r.a. berhijrah ke negeri
Yastrib (Madinah al Munawwarah) sesudah diizinkan oleh Habibi SAW untuk
berhijrah ke Madinah. Dan di sana Suami-istri ini hidup dalam kebaikan
kaum Anshar. Bertambah kebahagiaan mereka dengan hijrahnya Nabi SAW ke
Madinah. Demi Allah begitu indahnya kehidupan bersama Rasulullah SAW.
Ketika
perang Badar yang dijanjikan Allah pertolongan dan kemuliaan kepada
kaum muslimin terjadi. Khunais r.a. tergolong dari pahlawan yang gagah
berani di perang tersebut sangat menginginkan dan berharap dari lubuk
hati yang paling dalam menjadi seorang syuhada. Dalam perang tersebut,
Khunais mendapat banyak luka di tubuhnya dalam berperang menegakkan
Kalimatillah dan menurunkan kalimat-kalimat kaum kafir. Setelah
berakhirnya perang, Khunais kembali ke Madinah dengan dipenuhi bekas
luka.
Sahabat mulia ini wafat dalam mengorbankan dirinya demi
Allah dan memperoleh kebesaran pekerti. Dan Nabi SAW mensalatkannya dan
menguburkannya di Baqi' berdekatan dengan kuburan sahabat mulia Usman
bin Madh'un.
Beginilah sedihnya perpisahan. Hafsah r.a. menjadi
seorang janda di tahun yang sangat cepat dan menangis atas syahidnya
Khunais dengan kesedihan yang begitu menyayat hatinya, tapi Hafsah
bahagia karena suaminya syahid dalam kemuliaan sampai luka-lukanya
menjadi saksi perjuangan di jalan Allah.
Umar merasa sedih
terhadap anak perempuannya yang masih muda telah menjadi seorang janda
di umur 18 tahun. Dia merasa sakit melihat masa muda anaknya menjadi
janda, dan merasakan kesedihan setiap masuk ke rumahnya melihat anak
perempuannya dalam kesedihan. Terlintas dalam pikiran Umar setelah lama
bepikir untuk mencari suami untuk Hafsah.
Umar mengutarakan maksudnya kepada Abu Bakar, dan tidak mendapatkan jawaban apapun. Dan umar pun mengutarakannya kepada Usman.
Dan Usman berkata, "Terlintas di pikiranku untuk tidak menikah di masa ini".
Dan umar pun mengadu kepada Rasulullah SAW, dan berkata:
"Hafsah
akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Usman, dan Usman akan
menikah dengan yang lebih baik dari Hafsah" dan Nabi mengkhitbahnya.
Maka Umar menikahkannya dengan rasul.
Rasulullah SAW menikahkan Usman dengan anak perempuannya Ummu Kalsum setelah wafat saudara perempuannya Ruqayyah.
Sebelum
Umar menikahkan Hafsah, Abu Bakar menjumpai Umar dan meminta maaf
seraya berkata, "Bukanlah untukku, seseungguhnya Rasulullah telah
mengatakan kepadaku tentang Hafsah, dan aku tidak ingin membuka rahasia.
Jikalau Rasul meninggalkannya, sungguh aku akan menikahinya".
Rasulullah
menikahi Hafsah pada tahun ke-3 H sebelum perang Uhud dengan mahar 400
dirham. Itu semua sebagai kebesaran, kemuliaan, dan pemberian terbaik
bagi Hafsah dan ayahnya (radhiyallahu 'anhuma).
Hafsaf r.a.
mendapatkan tempat yang tinggi di hati Nabi SAW serta tempat yang mulia
di antara istri Nabi. Sehingga Aisyah r.a berkata : "Dia (Hafsah) sama
sepertiku dari Istri-istri Nabi SAW".
Bahwasanya kehidupan
istri-istri Nabi SAW (radhiyallahu 'anhunna) bersih dari kecemburuan.
Tidak ada terlintas dalam pikiran hal yang menimbulkan kecemburuan, dan
nafsu semata ataupun yang menyerupai keduanya. Ini semua karena Nabi SAW
menjaga hal ini dengan tarbiyah ilahiyah bersama istri-istrinya di
rumah, para sahabat, dan umatnya. Menghilangkan semua kerusakan ke arah
yang lebih baik.
Hari-hari yang indah kehidupan Hafsah bersama
Nabi SAW, yang mana setiap hari bertambahnya ilmu, pemahamannya serta
ketaatannya kepada Allah SWT. Walau ketika Rasul sakit, tidak
menghilangkan kesungguhan, kebahagiaan, dan kesenangan terhadap Rasul
SAW. Setiap detiknya Hafsah berada di dekat Nabi dan menjadikannya
semakin dekat dengan Allah SWT, yang dipelajarinya dari Rasulullah
setiap ketaatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pada suatu
hari Rasulullah SAW menceraikan Hafsah r.a. menjadikan hatinya hancur
dan segalanya gelap di matanya dengan ketidakpercayaannya bahwa
suaminya, kekasihnya, dan Nabinya telah menceraikannya. Dan turunlah al
Amin Jibril dengan perintah dari Allah SWT kepada Nabi SAW untuk merujuk
dan kembali kepadanya.
Maka Rasulullah merujuk kembali Hafsah
dengan perintah Jibril. Dan Jibril berkata : " Dia seorang yang teguh
pendirian dan merupakan istrimu di surga"
3. Kecerdasan Hafsah r.a.
Hafsah
dikenal akan ilmu, faqih, dan ketaqwaannya. Ini merupakan sifat yang
menjadikannya tempat mulia di sisi Rasulullah SAW, sampai pada masa
Khilafaur Rasyidin, dan khusus pada masa kekhilafahan ayahnya. Dan
banyak pendapat dan hukum fikih yang dipulangkan kepadanya. Salah satu
pertanyaan yang ditanyakan : "berapa lama seorang perempuan mampu sabar
ditinggalkan suaminya ? maka berkata Hafsah r.a. : "Enam atau empat
bulan".
Ummul mukminin Hafsah merupakan tempat banyak para sahabat
berpulang dalam hal hadis nabawi dan ibadah. Dan Abu Bakar as Shiddiq
memilih Hafsah dari para istri Nabi SAW untuk menjaga al Qur'an yang
telah dikumpulkannya.
Hilanglah semua kebahagiaan di rumah yang
penuh berkah ketika datang hari dimana Rasulullah SAW wafat. Hafsah
menahan kesedihannya di dalam hati atas wafatnya seorang yang merupakan
suami dan kekasihnya, serta nabinya. Hafsah menjadi seorang ahli ibadah
di masanya.
Hafsah hidup dalam kezuhudannya mendekatkan diri
kepada Allah SWT hari demi hari dengan memperbanyak puasa dan qiyamul
lail. Karena dia tahu bahwa kekuasaan ayahnya tidak bermanfaat apapun
baginya melainkan amalan shalih yang cukup bermanfaat di sisi Allah SWT.
Ummul
mukminin Hafsah r.a memikul amanah Al Quran di atas pundaknya yang
merupakan pilihan Abu Bakar untuk menjaga Al Quran yang telah
dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit di sisinya, sampai pada masa Usman bin
Affan r.a. kumpulan lembaran-lembaran Al Quran yang ada padanya
dikumpulkan dalam satu mushaf.
4. Akhir Perjalanan Hidup Hafsah r.a.
Belum
genap sepuluh hari di bulan sya'ban tahun ke-41 Hijrah Nabawiyah,
terdengar berita bahwasanya Ummul Mukminin Hafsah telah menghadap Allah
'azza wa jalla menyusul kekasihnya Rasulullah SAW. Dan tersiar kabar ke
seluruh penjuru kota Madinah akan wafatnya penjaga al Qur'an; istri Nabi
SAW. Para sahabat mengusung jenazahnya, yang diantara mereka Abu
Hurairah r.a. dan Abu Said al Khudri r.a., dishalatkan oleh Marwan bin
Hakam yang menjabat sebagai gubernur Madinah, dan dimakamkan di Baqi'.
Dan yang menurunkan jenazah ke liang lahat saudaranya Abdullah, 'Ashim,
dan ketiga anak Saudaranya Abdullah bin Umar yaitu Salim, Abdullah, dan
Hamzah. Saat meninggal dia berusia 63 tahun, dan mewasiatkan
harta-hartanya untuk sedekah.
Beginilah perjalanan Ummul Mukminin
Hafsah r.a. yang telah menempuh hidup begitu panjang dengan ibadah,
usaha, dan pengorbanan. Berangkat menyusul suami, kekasih sekaligus
Nabinya di surga. Dan dia lah yang dimaksudkan oleh Jibril pada Nabi SAW
:
إنها صوامة قؤامة وهي زوجتك في الجنة
"Dia seorang yang teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga"
Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya pendamping Rasulullah SAW di surga.
Dipresentasikan pada tgl 2 Agustus 2010 dalam kajian sahabat Rasulullah di Matareya.
Sumber: Shahabiyat Haula Rasulullah SAW, Karya Mahmud al Misri, Cetakan maktabah al Shafa; 2005 M.
Izin copas pa Shabri. Slam kenal saya Guru madrasah
BalasHapus